By Bung Eko. Originally published on bungeko.com

DI era digital seperti sekarang keahlian menulis ternyata semakin dibutuhkan, terlebih di masa pandemi yang membuat semua orang mendadak serba digital. Tidak mengherankan jika kemudian jadi penulis adalah salah satu profesi sangat menjanjikan. Writerpreneur pun bermunculan.
Industri kepenulisan tak lagi berkutat di seputar buku novel, nonfiksi, karya sastra, maupun berita jurnalistik saja. Namun terus mengalami perkembangan mengikuti kebutuhan dunia bisnis dan juga institusi pemerintahan serta lembaga sosial.
Kini, kebutuhan penulisan jadi kian beragam baik bentuk maupun peruntukannya. Seperti untuk penulisan konten marketing (copywriting), naskah film dan sinetron, konten website, blog, dan media sosial, artikel, newsletter, majalah internal, hingga layanan terjemahan dan penyuntingan (editing).
Berdasarkan data dari Dentsu Aegis Network, secara global industri penulisan mengalami pertumbuhan pada tahun 2020 dan 2021, serta diprediksi akan tetap stabil pada tahun 2022. Data tersebut diperkuat oleh Dentsu Insights Consumer Report yang menyatakan konsumsi online naik sebesar 70% selama 60 hari setelah pandemi mulai melanda Indonesia.
Dari data di atas dapat dikatakan jika meningkatnya pengguna internet berbanding lurus dengan pertumbuhan industri penulisan. Tidak heran jika kemudian writerpreneur menjadi salah satu profesi menjanjikan dan telah terbukti tetap berkembang meskipun di tengah badai pandemi.
Writerpreneur sendiri diambil dari frasa writer (penulis) dan entrepreneur (pengusaha). Bermakna seseorang yang menjalankan usaha di dunia kepenulisan sebagai layanan utama.
Momentum di industri kepenulisan ini dimanfaatkan oleh Aulia R. Sungkar, yang telah lama berprofesi sebagai writerpreneur. Pria yang kerap disapa dengan nama panggilan Ollie merupakan pendiri dan direktur PT Alveo Wira Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang penulisan, penerjemahan, dan penyuntingan.
“Meskipun di tengah pandemi, permintaan jasa penulisan, terjemahan, editing, hingga ke media sosial terutama untuk klien korporat tetap stabil. Pasar yang ada masih luas, tetapi menjual produk tulisan juga bukan hal yang mudah. Dibutuhkan ketekunan dan kegigihan,” ujar Ollie.

Pria lulusan University of Arizona tahun 1997 itu menceritakan, ia sudah memulai karier menulisnya sejak di bangku kuliah sebagai penulis paruh waktu. Ollie juga sempat berprofesi sebagai penulis dan jurnalis di beberapa media berbahasa Inggris terkemuka selama lebih dari dua dekade.
Pada November 2016, Ollie memutuskan untuk memulai usahanya dalam bentuk badan Perseroan Terbatas (PT) di bawah bendera Alveo. Memasuki tahun keenam, sepak terjang Alveo yang cemerlang di industri kepenulisan didorong oleh teamwork.
“Sebelumnya, saya hanya bisa melayani klien-klien dalam penulisan bahasa Inggris. Namun, dengan saya mendirikan perusahaan, teamwork menjadi kekuatan yang andal. Jadi bisa ada bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahkan terjemahan untuk bahasa Mandarin dan Jepang,” ungkap Ollie lagi.
Ollie memulai kegiatan operasional Alveo hanya dengan dua pegawai. Saat ini, Alveo memiliki delapan karwayan tetap dan beberapa karyawan kontrak untuk beberapa proyek tertentu.
“Jasa penulisan akan terus dibutuhkan oleh perusahaan, organisasi dan institusi, baik yang berskala kecil maupun menengah hingga besar,” Ollie menjelaskan lebih lanjut.
“Jadi, meskipun diterjang pandemi, kebutuhan akan penulisan dapat terus berjalan. Koordinasi dan pekerjaan tim saya di saat work from home (WFH) tetap berjalan dengan baik. Berkat bantuan teknologi dan internet, pekerjaan bisa kami lakukan secara daring dari rumah. Termasuk juga menjalin relasi dengan klien dan mencari berbagai peluang bisnis baru,” jelas Ollie.
Dengan dibukanya ekonomi di berbagai sektor, Alveo di tahun 2022 ini mulai menerapkan meknisme work from office (WFO) dan work from home (WFH).
“Penerapan gabungan mekanisme WFO dan WFH merupakan langkah transisi setelah lebih dari setahun kami menerapkan WFH,”ujar Ollie.